Tuesday, March 29, 2011

Peringkat-peringkat manusia yang berbicara

Di antara keistimewaan yang Allah Taala anugerahkan kepada manusia ialah manusia itu dapat berbicara.

Manusia berbicara melalui perantaraan lidahnya. Melalui lisanlah manusia menterjemah apa yang didapat oleh akalnya, apa yang dirasa oleh hatinya, apa yang dirasa oleh sentuhannya, baik sentuhan lidahnya, tangannya, kakinya dan lain-lain lagi, juga apa yang dirangsang oleh nafsunya.

Seterusnya menterjemahkan apa yang dilihat, apa yang ada di atas permukaan bumi maupun yang di bawah permukaan bumi, dari daratannya, lautannya, sungai-sungainya, bukit-bukitnya, gunung-gunungnya, manusia, hewan, jamadat (benda mati) dan tumbuhan.

Ia juga menterjemahkan keyakinan manusia bercorak agama yang bersifat maknawi dan rohani tentang segala persoalan alam ghaib dan lain-lain sebagainya.

Dari apa yang diterjemahkan oleh manusia melalui lidahnya yang keluar berbentuk percakapan, yang bersifat, lafaz, perkataan-perkataan, istilah-istilah, maka tersebarlah berbagai-bagai informasi yang menjadi ilmu dan pengalaman untuk manusia.

Gabungan informasi yang disampaikan oleh lidah, berbagai-bagai golongan dan peringkat manusia kemudian disambung pula melalui alat-alat, wasilah-wasilah penyebar yang canggih. Maka berkembang dan tersiarlah ilmu pengetahuan di berbagai bidang dengan merata hingga informasi yang berisi ilmu pengetahuan itu dapat dimiliki oleh manusia.

Dengan demikian, lidah?yang dapat bercakap menterjemahkan apa yang dilihat, didengar, disentuh, dirasa, dan dapat menterjemahkan seluruh kehidupan yang berbagai bentuk dan sifat itu?sangat memberi pengaruh kepada manusia baik positif ataupun negatif, baik itu memberi faedah atau merusakkan dan memudaratkan manusia, baik itu menguntungkan atau merugikan, bahkan dari lidah lahir sejuta satu kebaikan atau sejuta satu kejahatan.

Kalau seperti itu kedudukan lidah, tiap orang mesti berhati-hati menggunakan lidahnya. Tiap orang tidak boleh menggunakannya sesuka hati, dengan kata lain, orang yang hendak berbicara haruslah berpikir lebih dulu sebelum berbicara. Jangan sebarang bicara, jangan terlalu mudah hendak berbicara. Jangan main cakap saja karena ia dapat menjadi racun atau menjadi madu kepada masyarakat, dapat menjadi peluru atau dapat menjadi air, dapat benar, dapat palsu, dapat memperpadukan orang atau memecahbelahkan orang, mendamaikan orang atau memporak-porandakan orang, menyejukkan hati, memanaskan hati, menghiburkan hati atau menyakitkan hati, memuliakan orang atau menghinakan orang, memberi iman atau memberi kekufuran, membawa pahala atau dosa, membawa kabar gembira atau kabar dukacita, memberi ilmu atau membual dan lain-lain lagi.

Justru itu Islam mengingatkan barang siapa yang hendak bercakap harus berhati-hati. Berkata Hadis:

"Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan Akhirat hendaklah ia berbicara baik atau diam saja."

Orang-orang yang berbicara itu karena watak, bakat, tabiat, IQ, kemampuan, kebolehan, bidang-bidang ilmu yang dimiliki, pengalaman, dan tujuan yang tidak sama maka manusia yang bercakap itu dapat kita kategorikan sebagai berikut:

1. Golongan bicara tak tentu arah
Orang yang jika berjumpa orang lain, asyik berbicara tak henti-henti, non-stop, tepat atau tidak, betul atau tidak, penting atau tidak penting, berfaedah atau tidak, sesuai atau tidak, orang suka atau tidak, melenceng atau tidak, patut atau tidak, mengandung ilmu atau tidak dia tidak peduli. Berdosakah atau berpahala tidak dia persoalkan, dia memborong cakap itu semua. Inilah golongan yang bicara tak tentu arah.

2. Golongan peramah
Orang yang jika bertemu siapa pun dia mudah bercakap-cakap, bertegur sapa, bertanya kabar, berkenalan, tanya nama, dari mana dan hendak ke mana, dia suka bercakap perkara-perkara yang perlu yang kira-kira sesuai dengan keadaan dan kedudukan orang itu,dan dia pun suka mendengar orang itu. Perbincangan atau percakapan itu dapat berlaku dua arah. Inilah golongan peramah atau pecakap.

3. Golongan tukang cakap
Orang yang apabila jumpa orang lain, kerjanya berbicara tak henti-henti. Ada saja yang dibicarakannya, ada saja modal untuk dia bercakap. Dapat berbicara berjam-jam, lepas satu perkara, satu perkara pula, lepas satu topik, satu topik pula tidak jemu-jemu bercakap dan dia tidak pikir orang jemu atau tidak. Bicara tanpa batas, tapi tidak pula sampai bicara perkara yang bukan-bukan, tidaklah melenceng. Inilah dia golongan tukang cakap.

4. Golongan yang ada cita-cita perjuangan
Orang yang apabila berjumpa orang, dia akan bicara yang perlu saja. Bercakap yang mengandung ilmu dan didikan. Percakapan yang menyadarkan dan menginsafkan, percakapannya mengandungi cerita-cerita suri tauladan, iman, hukum-hakam, pengajaran, isu-isu terkini yang diulas secara tepat agar mengandung pelajaran dan hikmah. Bicara yang mengandung nasihat yang berguna, cerita-cerita perjuangan. Inilah dia golongan ahli agama yang ada cita-cita.

5. Golongan pendiam
Orang yang apabila bertemu orang dia tidak suka bercakap, dia lebih suka mendengar. Dia bercakap sepatah-sepatah, dibatas-batasi, bukan karena benci, tapi sudah menjadi tabiat dan watak dari lahir. Biasanya orang begini adalah orang yang mempunyai sifat malu kuat atau orang tidak yakin pada diri sendiri, di sini dia banyak diam daripada bercakap. Ini dinamakan golongan pendiam.

6. Golongan sombong
Orang yang bila berjumpa orang memang tidak suka bercakap kalau bukan kawan, dia tidak suka bercakap karena benci saja dengan orang, biasanya orang begini karena ada kedudukan, mungkin ada pangkat, ilmu, harta kekayaan, atau ada nama. Kalau dia bercakap sekali-kali saja, kasar saja bunyinya, bertanya yang bukan-bukan, menyindir-nyindir, pantang diberikan pandangan, dia akan meninggikan suara, bercakap mengenai kelebihan dirinya. Inilah dia golongan yang bercakap sombong.

7. Golongan biasa
Orang yang berjumpa orang, bercakap yang perlu-perlu, bercakap perkara-perkara biasa, tidak terlalu berlebih-lebihan dan tidak pula kurang, bercakap yang mudah, hal-hal kehidupan biasa, secara natural. Inilah golongan percakapan orang biasa.

8. Golongan yang suka memperdaya
Orang yang bila bercakap dengan orang di manapun, lebih-lebih lagi kalau orang tidak kenal dia, maka dia akan bercakap. Dia membawa perkataan-perkataan yang manis-manis, bercakap tentang dirinya, usaha-usahanya, kelebihannya dan kemampuannya, kemajuan-kemajuan yang dibuat, mungkin mengajak kerja sama di dalam usaha-usahanya. Membawa cakap-cakap yang meyakinkan orang kepadanya dengan tujuan untuk kepentingan dirinya mungkin inginkan pengaruh, sokongan, duit dan hartanya. Cakap-cakapnya membuat orang terpesona. Inilah golongan yang bercakap memperdaya.

9. Golongan fasih bercakap
Orang yang berbicara fasih, bahasa tersusun dan begitu jelas, perkataan yang diucapkan begitu menarik, bahasanya menggunakan perkataan yang standar, dengan jalan bahasa yang tepat dan betul, dengan menggunakan istilah-istilah yang begitu menarik, di samping isinya padat dan bernas. Terpesona orang yang mendengarnya. Inilah golongan orang yang fasih bercakap.

10. Golongan tunjuk pandai
Orang yang jika bercakap dengan orang, apa saja orang hendak bicarakan dia mesti ikut campur memperkatakannya. Apa saja isu yang dibincangkan dia mesti ikut menyambar walaupun adakalanya dia tidak paham kedudukannya, dia mencoba bicara juga seolah-olah dia paham dari orang lain atau paling tidak supaya orang anggap dia juga paham seperti orang lain paham. Apa saja yang orang tanyakan, dia mesti menjawabnya walaupun tidak tepat. Namun tidak mau mengaku tidak tahu. Dia akan bicara apa saja agar orang menganggap dia tahu semua hal. Inilah golongan orang yang bercakap untuk pamer dirinya pandai.

11. Golongan bercakap kotor
Ada orang yang apabila dia bercakap, walau apa pun topiknya atau apa saja isu yang dibincangkan, pasti dia selipkan perkataan-perkataan porno. Atau, kata-kata dan ibarat-ibarat yang dibawa atau dijadikan penyedap dan bumbu percakapan ialah perkataan-perkataan yang dapat menaikkan nafsu; atau perkataan-perkataan itu menjadikan para pendengarnya teringat pada perempuan, terbayang hubungan cinta. Bahkan pada sebagian orang, hingga dalam ceramah-ceramah agama atau majelis dakwah pun mereka sengaja mencari-cari peluang untuk memasukkan dan menyelipkan perkataan-perkataan yang berunsur nafsu atau seks di dalam pendekatan dakwahnya atau ceramahnya. Orang banyak pun turut senang mendengarnya lebih-lebih lagi di dalam majelis itu banyak kaum ibu, lebih lumrah lagi perkataan itu diselip-selipkan. Inilah dia golongan bercakap kotor.

Selain di atas, di antara peringkat-peringkat manusia yang berbicara ialah:
Yang bicara seperlunya saja.
Berbicara karena terpaksa.
Berbicara karena kewajiban.
Tidak suka berbicara.
Berbicara yang sengaja dibatasi karena menjaga status.
Berbicara yang menggoda.

No comments:

Anda Juga Mungkin Meminati

Related Posts with Thumbnails